Sewaktu Keremangan

Sebenarnya banyak cerita yang ingin kutuangkan dalam beberapa lembar kehidupanku. Keunekan dan keunikan hati dalam beberapa pekan ini. Lama berpikir, “kemana kuarahkan ceritaku ini, di sini, di situ atau di sana…..?” Tapi hingga saat ini belum kutemukan alamat yang tepat. Ya…. jawabannya tentu.

Tiba-tiba terlintas diingatanku, bahwa aku memiliki blog untuk menorehkan beberapa gumpalan persoalan hati. Nah, tepat pada sasaran. Kumulai dengan beberapa cabang persoalan. Tapi yang mana ya…. yang tepat untuk memulai cerita ini. Bingung itu mendadak menyerangku lagi. Buyarlah…..

Setelah jam dinding yang berada tepat di atas kepalaku menunjukkan angka 13.13 waktu Indonesia bagian kota Samarinda, aku memulai merinci beberapa kegundahan. Kurinci dengan goresan-goresan tinta kepedihan. Sekarang aku mulai merasakan betapa dirimu begitu jauh. Dan hampir tak terjangkau.

Allah, tunjukkan jalanku. Tunjukkan kehendakMu, tunjukkan kuasaMu, dan kabulkanlah permohonanku. Hilangkanlah kedholiman pada diriku, baik yang nampak maupun tidak nampak. Aku sungguh bermohon hilangkan kegundahanku”. Amin . . . . .

1. Keremangan ini terjadi beberapa pekan ini. Jiwaku benar-benar terguncang, oleh sebuah perasaan yang tidak aku tau dari mana asalnya.  Miris, gelisah dan tampaknya jalan ini semakin tak terarah. Bathin ini semakin kencang menyuarakan kegelisahan itu.

Sudah kucoba untuk menerangi dengan beberapa kegiatan. Mengajak sang pangeran menempati beberapa segmen kehidupan. Mengajak hati untuk terus mendekat pada sang Pencipta Hati. Walau aku sadari cara pendekatanku tidak maksimal, tidak konkrit dan tidak tajam.

2.  Beberapa hasrat ke tempat kegiatan dimana aku mengisi sebagian hari-hariku juga terasa lengang. Beberapa sudut ruang ini tampak kosong. Padahal, disitu biasanya teman-temanku melambaikan tangannya hingga mentertawai kelucuan dan kekonyolanku.

Aku mencoba memindahkan arah yang tidak lazim. Pergi ke tempat dimana lebih ramai dan kehidupan yang lebih berwarna. Disitu aku juga masih belum mendapati apa yang telah kugenggam selama ini. Waduh……. kok kayaknya hati semakin terkoyak. Padahal (jujur)  tidak ada persoalan yang membelitku.

3. Terus mencari jawabnya. Dengan menelusuri beberapa lorong yang mungkin baru kutemui dalam beberapa malam ini. Melek hingga larut. Meski tak menggunakan rasio untuk mendalaminya. Tapi inilah jalan yang memang harus kutempuh.

Mungkinkah keberadaanku sangat berarti….. ? Mungkinkah kepekaanku atas sebuah kecemburuan ada jawabnya……. ? Apakah langkahku atas nama sang hati bernilai merah…… ? Mungkin jawabnya adalah sang waktu dan sang pemilik hati itu sendiri. Wallahu  a’lam